Pentingnya Mengukur Ketebalan Cat

Pentingnya Mengukur Ketebalan Cat – Beberapa industri atau perusahaan sangat memerlukan pengujian kualitas cat untuk mencapai standar kualitas ketebalan cat. Pengujian ini biasa dilakukan pada material – material seperti baja, aluminium, timah, logam lain dan material non logam. Salah satu hal yang menentukan hasil pelapisan cat tidak hanya ditentukan oleh jenis cat yang digunakan, tetapi juga oleh parameter aplikasi cat seperti ketebalan lapisan cat dan besarnya nilai kekasaran permukaan substrat yang dihasilkan, faktor kondisi lingkungan dimana substrat ditempatkan dan persiapan permukaan sebelum pelapisan juga perlu diperhatikan.

Pentingnya Mengukur Ketebalan Cat

Proses pengecatan atau coating merupakan proses  manufaktur akhir yang  dibutuhkan untuk melapisi semua  komponen yang dibuat. Tujuan dari  pelapisan cat sendiri untuk meningkatkan penampilan, ketahanan terhadap air, ketahanan dari goresan atau bahkan untuk keausan. Oleh karena itu proses pengecatan ini merupakan salah satu proses yang membutuhkan anggaran dana besar pada pelaksanaanya. Perbaikan pada lapisan cat akan memakan waktu yang relatif lama dan memakan biaya sehingga akan memperlambat selesainya suatu komponen.

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengujian kualitas cat meliputi :

1. Coating Thickness secara visual

Pengujian ini dilakukan dengan cara pengamatan visual secara langsung untuk mengamati kerusakan seperti : popping, pinhole, motling, meler (sagging), dry spray, kotor, orange peel, cratering (lubang kawah), cat berbintik – bintik dan lain – lain.

2. Ketebalan (thickness)

Bertujuan untuk mengetahui ketebalan (thickness) cat di permukaan suatu material atau benda yang dicat karena pengecatan terdiri dari beberapa kali proses seperti pengecatan dasar (Primer), pengecatan antara (under coat) dan pengecatan tutup (top coat) 

3. Adhesion

Pengukuran untuk mengukur tingkat kerekatan cat pada benda kerja seperti metal maupun plastik. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross cut untuk memastikan tidak ada cat yang tekelupas pada setiap bagiannya.

4. Kekerasan (hardness)

Jenis pengujian ini berfungsi untuk mengetahui tingkat kekerasan lapisan cat pada suatu plat.

5. Corrosion Resistance (ketahanan korosi)

Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan cat dalam menahan timbulnya karat yang khusus untuk test cat stoving (metal), pengujian ini disebut juga dengan “Salt spray”.

Cacat Pengecatan dan Penyebabnya

Pada proses pengecatan sering dijumpai banyak kesalahan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh. Salah satu kesalahan dalam pengecatan adalah ketebalan lapisan cat yang tidak sesuai standar. 

Ketebalan lapisan cat yang diaplikasikan yang tidak sesuai standar disebabkan karena cat meleleh sehingga cat tidak rata. Hal ini juga menyebabkan pada bagian tertentu catnya sangat tebal terutama pada permukaan yang tegak atau menyudut.

Adapun beberapa faktor penyebabnya :

Pentingnya Mengukur Ketebalan Cat

  • Banyaknya thinner yang menguap
  • Kurang meratanya lapisan cat atau terlalu tebal
  • Cat disemprotkan terlalu sering tanpa waktu tunggu yang cukup antara pelapisan yang satu dengan yang berikutnya
  • Alat semprot terlalu dekat dengan permukaan yang disemprot
  • Tekanan udara rendah
  • Cairan yang keluar dari alat semprot terlalu banyak
  • Viskositas cat penyemprotan terlalu rendah

Beton Berkualitas Tinggi

Beton Berkualitas Tinggi – Beton merupakan bagian penting bangunan yang dibuat dengan mencampurkan agregat baik halus maupun kasar. Kedua agregat ini direkatkan dengan bahan perekat yaitu semen dan air, kualitas dan kekuatan bangunan disini akan ditentukan oleh kekuatan beton bangunan tersebut.

Beton Berkualitas Tinggi

Beton juga sering ditambahkan dengan bahan yang bersifat kimiawi maupun fisikal, kedua bahan tersebut ditambahkan menggunakan perbandingan tertentu hingga tercampur dengan agregat menjadi satu kesatuan yang homogen. Kemudian campuran tersebut akan menjadi keras seperti batuan, pengerasan itu terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara air dan semen.

Pembuatan beton bangunan sendiri dapat dilakukan dengan cara sederhana atau konvensional maupun dapat dilakukan secara teknis menggunakan bantuan mesin atau alat khusus. Kualitas beton bangunan sendiri dipengaruhi karena banyak faktor, mulai dari kualitas material itu sendiri hingga teknis pekerjaannya dan pekerja itu sendiri.

Mungkin bagi Anda yang belum pernah mencoba membuat beton pekerjaan ini terlihat mudah dan sederhana, namun untuk mendapatkan kualitas beton yang baik diperlukan pengetahuan teknis dasar dalam membuat beton selain pengalaman dalam membuatnya.

Apabila kedua hal tersebut sudah dimiliki maka akan mudah membuat beton bangunan dengan kualitas baik, hal ini tentunya harus ditunjang dengan pemilihan material yang baik. Berikut akan kita bahas apa sajakah keunggulan beton dari material lainnya.

Keunggulan beton dari material yang lain adalah :

  • Lebih murah dalam hal harga kecuali untuk semennya
  • Kuat dan kokoh jika pengolahannya dilakukan dengan cara yang tepat
  • Dibandingkan dengan kayu atau baja maka beton lebih kuat karena tahan aus dan kebakaran
  • Bisa dikombinasikan dengan bahan baja untuk komponen struktur yang berat sebab angka muainya yang sama
  • Beton yang masih baru dapat disemprotkan ke beton yang lama guna menjangkau ronga – ronga yang sempit

Beton Berkualitas Tinggi

Normal kekuatan beton : Umumnya bangunan mempunyai kekuatan beton antara 17 – 30 MPa atau setara dengan mutu beton k170 – K300

Kuat tekan beton mutu tinggi : Diatas 55 MPa

Kuat tekan beton prategang : Pada umumnya 30 hingga 45 MPa

Untuk dapat mengetahui kualitas sebuah beton ini Anda dapat mengujinya dengan mengukur tingkat kekerasannya. Pengujian ini dapat Anda lakukan menggunakan alat uji NDT seperti halnya hardness tester. Alat uji dengan kualitas terbaik ini bisa Anda dapatkan di CV. Java Multi Mandiri.

Penggunaan Hardness Tester

Penggunaan Hardness Tester – Setiap material yang digunakan untuk bahan baku industri biasanya akan mengalami berbagai deformasi atau pengaruh gaya dari luar. Deformasi yang paling sering didapatkan oleh material adalah Gaya tekan atau penetrasi. Gaya tekan inilah maka nilai kekerasan material sering berubah – ubah.

Supaya kualitas produk yang digunakan tetap terjaga maka nilai kekerasan material harus selalu diukur cara melakukan sebuah pengujian kekerasan atau hardness test. Sebenarnya prinsip dasar uji Kekerasan ini sangat sederhana yaitu dengan cara memberikan Gaya tekan atau indentansi yang besar nilainya sudah ditetapkan sebelumnya pada permukaan material yang diuji. uji kekerasan tidak dapat dilakukan secara manual tapi harus menggunakan alat bantu yang disebut hardness tester.

Penggunaan Hardness Tester

Manfaat dari hardness tester itu sendiri sudah jelas untuk menganalisa dan mengukur nilai kekerasan pada suatu material secara akurat. Hardness tester tersedia dalam sistem analog maupun digital, namun sekarang ini lebih banyak yang tersedia dalam sistem digital. Namun secara umum hardness tester dibagi menjadi dua kelompok yaitu portable hardness tester dan Bench hardness tester.

masing-masing kertas tester memiliki fungsi kerja yang berbeda-beda sesuai dengan metode yang digunakan kekerasan yaitu panel likers rockwell, brinell, vickers dan microhardness. Berikut ini penjelasan tentang penggunaan hardness tester untuk setiap jenisnya:

Bench hardness tester : alat ini biasanya digunakan laboratorium. Caranya, pasang injektor pada bagian knop mesin dengan cara diputar. Lalu Letakkan material yang akan diuji tetap di atas plate. Selanjutnya, Arahkan bagian lensa pada mikroskop pada permukaan material uji. Lalu atur tingkat ketinggian plate agar posisinya sesuai dengan lensa mikroskop, lihat tampilannya pada layar monitor.

Portable hardness tester : alat uji Kekerasan ini termasuk yang paling mudah digunakan dan mudah dibawa kemana saja. cara menggunakannya tempelkan nozzle pada permukaan material uji lalu diamkan sebentar. Akan terlihat nilai kekerasan material tersebut pada display monitor portable harness tester. Ring yang digunakan pada nozzle harus disesuaikan dengan tingkat kekerasan dan juga kekasaran permukaan material yang diuji.

Pilihlah jenis hardness tester yang sesuai dengan kebutuhan pengujian anda. Jika pengujian dilakukan di laboratorium maka bench hardness tester menjadi pilihan yang tepat. Namun, jika pengujian dilakukan di lapangan maka portable hardness tester yang cocok untuk anda.

Tata Cara Pengujian Beton

Tata Cara Pengujian Beton – Pembangunan adalah suatu proses untuk menciptakan suatu bangunan seperti halnya gedung, jalan, jembatan dan lain sebagainya untuk kebutuhan tertentu. Setiap pembuatan bangunan tentu mempunyai proses dan tujuan yang jelas serta memiliki tahapan – tahapan yang berkelanjutan.

Tata Cara Pengujian Beton

Tujuannya tentu agar bangunan tersebut memang aman dan tahan lama, selain itu juga diperlukan dilakukan tes atau pengujian terhadap bahan – bahan yang menjadi penunjang dari bangunan tersebut. Bahan seperti material atap, portal, kusen, pondasi, lantai dan bahan – bahan penyusun bangunan yang lainnya juga memerlukan suatu pengujian.

Banyak bahan dalam proses pembuatan bangunan, bahan yang akan kita uji adalah beton. Beton digunakan dalam pembuatan kolom, balok, lapisan bawah lantai ataupun dinding – dinding tertentu. Tiap beton mempunyai kualitasnya masing – masing tergantung dari campurannya dimana setiap kualitas tersebut memiliki kualitas dan kekuatan yang berbeda – beda. Beton juga memiliki kerangka seperti halnya tulang manusia yang berupa besi atau bahan sejenisnya.

Pengetesan dan pengujian beton memang sangat diperlukan untuk bangunan baik besar maupun kecil, tujuannya adalah untuk memastikan bangunan tersebut benar – benar bisa menahan beban hidup dan beban mati yang ada diatasnya atau tidak serta mengetahui berapa lama beton tersebut dapat bertahan dan tahan terhadap apa sajakah beton tersebut.

Berikut adalah beberapa tata cara pengujian beton :

1. Tes Uji Kuat Tekan (Compression test)

Tes Uji Kuat Tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran), pengujian ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Siapkan silinder diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm
  2. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi dengan pelumas seperlunya, tujuannya adalah untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya
  3. Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang dibagi menjadi 3 lapisan yang sama
  4. Lakukan penusukkan sebanyak 25 kali pada setiap lapisan
  5. Ratakan bagian atas dan beri tulisan tanggal dan jam pembuatan pada bagian atas
  6. Kemudian diamkan selama 24 jam dan direndam dalam air selama waktu tertentu barulah dibawa ke laboratorium untuk diuji
  7. Pengujian tes beton menggunakan mesin compressor yang sudah dikalibrasi
  8. Catat pengujian tiap beberapa hari yang sudah ditentukan

2. Slump test

Pengujian Slump test bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton, pengujian disini akan dilakukan menggunakan kerucut abraham meskipun kini telah ada alat khusus untuk mengukur kadar air beton yaitu moisture meter khusus untuk beton. Pengujian ini dilakukan dengan cara :

  1. Siapkan peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm dengan tinggi 30 cm
  2. Kerucut abraham diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air
  3. Pengadukan beton yang dicampur merata dimasukkan ke dalam kerucut sambil ditekan kebawah penyokong – penyokongnya
  4. Adukkan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya,dan setiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang 600 mm dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam kerucut lebih padat
  5. Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan kerucut ditarik vertikal dengan hati – hati
  6. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula
  7. Hasil pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan hasil kekentalan (kadar air) dari beton tersebut
  8. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh untuk digunakan

3. Tes uji Core Drill

Pengujian Core Drill dilakukan dengan mengambil sampel dari beton yang sudah dibuat menggunakan alat yaitu core drill. Metode ini diusahakan jangan sampai merusak struktur dari beton tersebut, kemudian sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk pada pengujian crusing test. Pengujian ini sangat akurat karena diambil dari bahan yang sudah dibuat di lapangan, namun pengambilan strukturnya juga memiliki resiko karena dapat mengurangi struktur dari beton dan bisa saja mengenai tulangan dari beton tersebut.

4. Hammer test

Hammer Test dilakukan untuk mendapatkan kekuatan atau tegangan karakteristik beton yang sudah ada menggunakan alat hammer test pada elemen struktur bangunan seperti kolom, balok dan plat lantai. Tahapan sebelum melakukan hammer test adalah sebelum tes dimulai permukaan dari elemen struktur yang belum rata harus dihaluskan menggunakan gerinda agar didapatkan permukaan yang rata. Hal ini dilakukan agar pembacaan rebound dari alat hammer test lebih teliti dan tepat, di setiap titik hammer test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil tes dianalisa menggunakan standar deviasi untuk penentuan mutu beton.

5. Ultrasonic non Destructive

Pengujian ultrasonik telah digunakan oleh beberapa negara dan di indonesia digunakan sejak tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian menggunakan pengujian ultrasonik yang dilakukan menggunakan berbagai jenis alat uji NDT. Pengujian ini dilakukan dengan cara :

  1. Mendeteksi kedalaman dan keretakannya
  2. Homoginitas pada beton
  3. Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi
  4. Perubahan sifat dari masa ke masa
  5. Kualitas / mutu beton
  6. Kerusakan lain pada beton (Honeycombing / Void)
  7. Modulus Elastisitas beton

Mengenal Beton Prategang

Mengenal Beton Prategang – Dengan semakin berkembangnya baik metode maupun teknik dalam bidang konstruksi membuat pembangunan baik fasilitas publik, pribadi maupun komersil lainnya dapat berlangsung secara efisien baik dalam waktu, tenaga dan juga dana. Dan semakin berkembangnya alat – alat dalam pembetonan dan metodenya membuat beton bangunan yang menjadi bagian pentingnya juga semakin berkembang.

Mengenal Beton Prategang

Jenis beton sendiri juga ada banyak macamnya guna menyesuaikan jenis keperluan atau kebutuhannya, hal ini tentu bertujuan agar beton yang digunakan tidak cepat rusak atau bahkan tidak terpakai. Salah satu jenis beton yang banyak digunakan dalam bidang konstruksi adalah beton prategang atau prestressed concrete.

Mengenal Beton Prategang

Beton adalah bahan yang memiliki kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan kuat tarik yang rendah, selain beton itu sendiri kita juga perlu pula mengenal baja. Berbeda dengan beton, baja sendiri adalah logam turunan dari besi dengan kuat tarik yang tinggi.

Dan beton prategang adalah jenis material hasil paduan dari kedua bahan tersebut. Beton prategang sendiri merupakan beton yang diberi tegangan – tegangan dalam sehingga dapat digunakan untuk menetralisir berbagai tegangan tertentu yang dihasilkan dari pembebanan luar (diluar beban beton itu sendiri).

Dari berbagai proses prategang ini akan menghasilkan tegangan tekan pada beton yang bertujuan agar beton ini mampu menahan beban luar pada penampang. Beton prategang juga tersedia dalam jenis beton ready mix atau siap pakai.

Material Beton Prategang

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa material utama dari beton prategang adalah beton dan baja, namun tentunya kedua material tersebut juga dibentuk dari berbagai macam material lain yang berbeda.

Material yang cukup kompleks dibutuhkan saat membuat beton, material tersebut seperti halnya semen, agregat kasar, agregat halus dan air. Semua bahan tersebut harus dalam takaran yang tepat untuk menghasilkan beton dengan kualitas baik. Umumnya beton sendiri mempunyai kuat tekan sekitar 40 hingga 45 MPa, hal ini dapat diukur menggunakan jenis alat uji NDT seperti halnya hardness tester. Kuat tekan tersebut berguna untuk menahan tegangan tekan yang ada pada serat beton itu sendiri.

Sedangkan untuk baja yang menjadi elemen dari beton prategang juga mempunyai beberapa macam jenisnya yaitu :

  • Kawat tunggal atau wires
    Jenis kawat dari baja ini bisa didapatkan di pabrik – pabrik pembuatan baja, fungsinya adalah untuk menjadi materi pembuatan beton prategang dengan sistem yang disebut pratarik.
  • Untaian kawat atau strand
    Jenis kawat ini adalah salah satu baja yang dipakai pada beton prategang dan sistem yang dipakai adalah sistem pasca tarik.
  • Kawat batangan atau bars
    Jenis baja ini adalah jenis yang paling umum ditemui dan dipakai sebagai baja prategang yang menggunakan sistem pratarik.
  • Jenis tulangan biasa
    Jenis baja ini adalah jenis baja untuk tulangan non pra tegang yang dapat berupa tulangan secara memanjang dan lain – lain.

Jenis Pembebanan pada Beton Prategang

Akan tetapi beton normal dan beton prategang mempunyai perbedaan yang cukup mendasar, pada jenis beton prategang harus mengalami proses pembebanan terlebih dahulu. Namun selain itu juga masih banyak proses lainnya seperti halnya pengecekan untuk mengontrol kondisi dari bagian beton yang diberikan tekanan.

Secara umum, tahapan pembebanan dalam beton ada dua jenis yaitu :

  1. Tahap transfer
    Tahap transfer dapat dilakukan saat beton cukup umur, hal ini terjadi pada sistem pasca tarik dengan melakukan penarikan kabel prategang. Beban pada tahapan ini meliputi beban dari struktur itu sendiri, beban dari pekerja konstruksi yang terlibat dan juga beban dari peralatan yang digunakan dalam proses pembangunan tersebut. Pada proses ini beban yang digunakan diusahakan seminimum mungkin dengan gaya prategang yang maksimum.
  2. Tahap layan
    Kondisi ini disebut juga dengan service yang merupakan suatu kondisi pada saat beton prategang telah terpasang dan digunakan dalam komponen struktur. Pada tahap ini beban yang diberikan sudah mulai cukup kompleks.

Beban luar yang diberikan ada beberapa jenis yaitu beban hidup, angin, gempa apabila terjadi dan segala jenis beban yang berhubungan dengan struktur. Jadi intinya pada tahap layan ini beban maksimum harus diberikan dimana kemungkinan kehilangan gaya prategang yang mungkin akan didapatkan sudah diperhitungkan lebih dahulu.

Selain tahap pemberian beban pada beton prategang, harus diperhatikan pula kemungkinan hilangnya prategang pada beton, hal ini terjadi karena banyak faktor yang terjadi karena gaya prategang sebenarnya bisa mengalami pengurangan secara bertahap seiring waktu.

Pengurangan gaya prategang ini sendiri dikelompokkan menjadi dua katergori utama, yaitu hilangnya elastisitas pada saat fabrikasi maupun saat konstruksi dilakukan. Yang kedua adalah kehilangan prategang karena adanya penambahan umur bangunan. Untuk faktor ini, penyebabnya adalah susut maupun hilangnya efek temperature serta relaksasi pada baja.

Penyebab kehilangan gaya Tegang

Secara terperinci, kehilangan gaya prategang pada beton prategang bisa disebabkan oleh:

  • Perpendekan elastisitas beton
    Hal ini terjadi saat tendon yang melekat pada beton mengalami pemendekan secara simultan hingga kehilangan gaya prategangnya.
  • Gesekan pada tendon
    Kehilangan tegangan akibat faktor ini bisa dipengaruhi adanya pergerakan dari selongsong. Gesekan bisa terjadi antara tendon dan juga saluran beton yang ada dalam struktur di sekitarnya.
  • Slip pada pengangkuran
    Hal ini bisa terjadi pada beton prategang sewaktu kawat dilepaskan dari mesin penarik. Selanjutnya akan ditahan oleh blok pada angkur.
    Kehilangan gaya tegang bisa pula disebabkan faktor lain, yaitu rangkak pada beton, susut pada beton, dan relaksasi prategang.

Tentang Logam Titanium

Tentang Logam Titanium – Titanium merupakan logam yang mempunyai simbol Ti dan nomor atom 22 dalam tabel periodik unsur. Titanium merupakan jenis logam yang kuat dan sering dipadukan dengan jenis logam untuk digunakan dalam berbagai keperluan.

Tentang Logam Titanium

Sejarah

Nama Titanium berasal dari bahasa latin yaitu titans yang berarti anak pertama bumi dalam mitologi romawi. Mineral titanium sendiri ditemukan oleh Gregor di tahun 1791 dan dinamakan oleh Klaproth di tahun 1795. Titanium yang tidak murni dipersiapkan oleh Nilson dan Pettersson di tahun 1887, tetapi unsur yang murni tidak dibuat sampai pada tahun 1910 oleh Hunter dengan cara memanaskan TiCl4 dengan natrium dalam bom baja.

Keberadaan di alam

Unsur titanium ditemukan di meteor dan di dalam matahari, bebatuan yang diambil oleh misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO2 sebanyak 12,1%. Garis – garis titanium oksida juga sangat jelas terlihat di spektrum bintang – bintang bertipe M dan unsur ini merupakan unsur kesembilan terbanyak pada kerak bumi.

Dalam igneous rocks (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan tersebut selalu terdapat unsur titanium. Selain itu titanium juga terdapat dalam mineral rutile, ilmenite, sphene dan terdapat juga dalam titanate dan bijih besi. Selain itu ternyata di dalam debu batubara juga terdapat titanium, dan terdapat pula di dalam tetumbuhan dan dalam tubuh manusia.

Sampai pada tahun 1946 titanium hanya dapat diteliti di laboratorium, Kroll menunjukkan cara memproduksi titanium secara komersil. Kroll melakukannya dengan mereduksi titanium tetraklorida dengan magnesium, kemudian metode ini dipakai secara umum. Logam titanium selanjutnya dapat dimurnikan dengan cara medekomposisikan iodanya.

Ciri – ciri dan Sifat

  • Berwarna putih keperakan
  • Ringan dan kuat
  • Memiliki massa jenis yang rendah
  • Keras tahan karat, dan mudah diproduksi
  • Titanium tidak larut dalam larutan asam kuat
  • Tidak reaktif di udara karena memiliki lapisan oksida dan nitrida sebagai pelindung
  • Tahan pengikisan 20 kali lebih besar dari pada logam campuran tembaga nikel
  • Batu permata titania lebih tampak cemerlang dari intan apabila dipotong dan dipoles dengan baik
  • Terletak pada golongan IVB dan periode 4 dalam tabel periodik unsur
  • Nomor atom titanium adalah 22
  • Massa atom relatifnya adalah 47,88 gr/mol
  • Titanium memiliki titik lebur 1.660 C dan titik didih 3.287 C
  • Logam paling keras dengan nilai kekerasan mencapai 9 skala mohs diukur menggunakan hardness tester

Proses Pembuatan Titanium

Titanium dialam terdapat dalam bentuk bijih seperti rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3), akan tetapi meskipun melimpah di bumi namun untuk mendapatkan unsur ini membutuhkan proses yang panjang dan dengan biaya yang tidaklah murah. Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan karbon merupakan jenis metode yang paling banyak digunakan untuk mengekstrak titanium. Reaksinya akan menghasilkan titanium tetraklorida yang kemudian akan dipisahkan dengan besi triklorida dengan menggunakan proses distilasi.

Senyawa titanium tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam murni. Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur oksigen dan nitrogen. Sisa reaksi adalah antara magnesium dan magnesium di klorida yang kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan asam klorida. Dari proses ini nantinya akan meninggalkan spons titanium yang akan mencair di bawah tekanan helium atau argon yang pada akhirnya membeku dan membentuk batangan titanium murni.

Kegunaan Logam Titanium

  • Militer : banyak digunakan untuk membuat peralatan perang (tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa karena kekuatannya
  • Industri : bahan pembuat mesin pemindah panas (heat exchanger) dan bejana bertekanan tinggi serta pipa – pipa tahan korosi memakai bahan titanium
  • Kedokteran : sebagai bahan implan gigi, penyambung tulang, pengganti tulang tengkorak, struktur penahan katup jantung
  • Mesin : Material pengganti untuk batang piston

Keunggulan Titanium

  • Titanium sama kuat dengan baja tapi hanya beratnya hanya sekitar 60% darinya
  • Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi dari pada paduan aluminium
  • Tahan suhu tinggi dalam pemakaiannya
  • Tahan korosi lebih baik dibandingkan baja, besi dan alumunium
  • Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah dari pada aluminium, maka komponen – komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding aluminium

Sifat Mekanik Logam

Sifat Mekanik Logam – Logam merupakan material yang sudah banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan dan kebutuhan. Jenis logam besi merupakan jenis logam yang banyak digunakan karena selain jumlahnya yang paling banyak juga yang paling memenuhi standar kekuatan dan ekonomis.

Sifat Mekanik Logam

Logam sendiri juga mempunyai sifat baik sifat kimiawi dan mekanik. Sifat mekanik merupakan sifat yang paling mudah untuk kita kenali, untuk lebih jelasnya berikut adalah beberapa sifat mekanik logam :

Kekerasan (hardness)

Sifat kekerasan adalah kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan, penetrasi, pengikisan (abrasi). Sifat ini berhubungan dengan sifat keausan (wear resistance) dan kekuatan yang dapat kita ukur menggunakan alat ukur kekerasan / hardness tester.

Kekuatan (strenght)

Sifat kekuatan adalah kemampuan bahan dalam menerima tegangan tanpa patah yang mempunyai beberapa macam tergantung pada beban yang bekerja. Beban ini antara lain dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan puntir dan kekuatan bengkoknya.

Kekenyalan (elasticity)

Kekenyalan adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Apabila bahan mengalami tegangan maka terjadi perubahan bentuk dan bila tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati suatu batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi bersifat sementara.

Perubahan bentuk ini akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan, akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melampaui batas tersebut dan tegangan telah dihilangkan maka sebagian bentuknya masih ada. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi. Jadi sifat kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang menimbulkan deformasi.

Kekakuan (stiffness)

Sifat kekakuan adalah kemampuan bahan dalam menerima tegangan tanpa terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.

Ketangguhan (toughness)

Sifat ketangguhan adalah kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan, sifat ini sekaligus menjadi ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja. Karena dipengaruhi oleh banyak faktor membuat sifat ini menjadi sulit untuk dilakukan pengukuran.

Plastisitas (plasticity)

Sifat plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang permanen) tanpa mengalami kerusakan. Bahan yang akan mengalami proses pembentukan seperti forging, rolling, extruding dan sebagainya penting untuk memiliki sifat ini, karenanya sifat ini juga disebut keuletan (ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan  sebagai bahan yang mempunyai keuletan tinggi, dimana bahan tersebut dikatakan ulet (ductile), sedangkan bahan yang tidak menunjukan terjadinya deformasi plastis dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan yang rendah atau dikatakan getas – rapuh (brittle).

Kelelahan (fatique)

Sifat kelelahan adalah kecenderungan dari logam untuk patah jika menerima tegangan yang berulang – ulang (cyclic stress). Tegangan ini besarnya masih jauh di bawah batas kekuatan elastisitasnya. Sebagian besar kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan, karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.

Keretakan – merangkak (creep – crack)

Sifat ini adalah sifat suatu logam untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya merupakan fungsi waktu, dimana pada saat bahan tersebut menerima beban yang besarnya relatif tetap.

Sifat mekanik logam juga dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa cara pembebanannya, yaitu sifat mekanik statik, sifat mekanik terhadap beban, sifat terhadap beban statik, sifat mekanik dinamik, sifat mekanik terhadap beban.

Pengukuran Ketebalan Beton

Pengukuran Ketebalan Beton – Beton merupakan bagian dari bangunan yang terbuat dari bahan agregat dan perekat, agregat disini dapat berupa pasir, batu, kapur dan pengikatnya biasa dari semen. Beton semen Portland adalah jenis beton yang umum digunakan, jenis beton ini dibuat dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Pengukuran Ketebalan Beton

Kualitas sebuah bangunan disini akan sangat dipengaruhi oleh kualitas beton bangunannya, karenanya dibutuhkan pengukuran dan pengujian yang mampu memberikan data yang akurat mengenai kualitas beton. Untuk melakukan pengujian tersebut Anda dapat menggunakan alat uji NDT yang dapat digunakan untuk menguji kekuatan beton tanpa perlu merusaknya.

Alat uji NDT jenis Rebar locator dapat digunakan untuk mendeteksi ketebalan lapisan meliputi beton dan diameter rebar. Selain itu dalam menentukan lokasi konduktor substansi dan listrik magnet dalam medium non-magnetik dan non-konduktif juga dapat dilakukan menggunakan alat ini. Sebagai contohnya adalah dalam mendeteksi kabel di dalam tubuh dinding maupun pipa pemanas dll dapat dilakukan menggunakan alat ini tanpa harus merusak struktur dinding maupun pipa.

Pengukuran Ketebalan Beton

Seperti namanya, rebar locator ini digunakan untuk menemukan baja tulangan dan pipa logam dalam proyek konstruksi sebuah kunci untuk memastikan pembangunan yang aman dan pemeliharaan struktur beton.Sebelum memulai dalam pada setiap pekerjaan pemeliharaan, sangat penting untuk mengidentifikasi lokasi, orientasi dan kedalaman logam dalam struktur beton. Kekeliruan pengeboran ke pipa logam dapat bersifat merusak dan mahal.

Demikian pula, pengeboran ke struktur beton tanpa pengukuran yang tepat dapat menghancurkan bor mahal dan lebih buruk lagi, dapat menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan.

Rebar locator  adalah alat yang tepat digunakan untuk tingkat akurat dari lokasi yang baik, selimut beton dan diameter rebar pada konstruksi bertulang yang tersedia dalam banyak merek dan model rebar locator. Sebagian jenis alat ini ada yang memanfaatkan medan elektromagnetik berfrekuensi rendah untuk menemukan benda besi dalam struktur. Akan tetapi teknologi terbarunya sudah menggunakan radar penembus tanah untuk menemukan baja dan objek lainnya dalam struktur.

Oleh karena itu untuk menemukan, mengevaluasi dan mengukur tebal selimut beton sangat tepat dilakukan menggunakan alat ini. Rebar detector terbaik dengan garansi alat selama 1 tahun penuh bisa Anda dapatkan hanya di CV. Java Multi Mandiri.

Sifat dan Jenis Logam Industri

Sifat dan Jenis Logam Industri – Logam merupakan unsur atau senyawa yang tidak bisa dilewati cahaya dan juga dapat menjadi penghantar listrik yang baik. Logam sendiri mempunyai struktur yang keras dan merupakan unsur dengan daya tahan yang tinggi yang menyebabkannya tidak mudah hancur atau rusak ketika ditempa.

Sifat dan Jenis Logam Industri

Sedangkan berdasarkan tabel periodik, unsur logam ditempatkan untuk seluruh unsur yang kadar beratnya diatas helium. Logam sendiri diolah menjadi bermacam bentuk kombinasi atau komponen suatu benda yang biasa kita gunakan sehari – hari seperti spare part otomotif, industri manufaktur, elektronik, industri kesehatan hingga mainan.

Sifat Logam

Dalam dunia industri sendiri, logam haruslah mempunyai sifat dan jenis tertentu yang telah ditentukan, yaitu :

Dapat Merenggang dan Kuat Ditempa

Logam memiliki lapisan dan susunan atom yang berbeda sehingga ketika susunan atomnya semakin simetris maka logam dapat merenggang dengan mudah dan juga tahan ketika ditempa.

Ketahanan yang Tinggi

Setiap logam dapat ditambah kekuatannya dengan cara mencampur dengan logam yang lainnya. Bisa juga dengan mencampur logam dengan material non logam atau yang biasa disebut aliase. Pada umumnya, material yang mengandung alias digunakan pada konstruksi bangunan dan juga komponen pada industri otomotif.

Dapat Mengalirkan Arus Listrik dengan Cepat

Selain digunakan pada industri, logam juga sering dipakai sebagai bahan baku dalam membuat kabel listrik. Alasannya, logam memiliki sifat dapat mengalirkan arus listrik dengan mudah dan cepat.

Penghantar Panas yang Bagus

Bukan hanya listrik, ternyata logam juga bisa menghantarkan panas dengan sangat cepat dari satu ujung ke ujung lainnya. Hal ini dikarenakan ketika logam menerima panas maka energi kinetic pada electron logam akan bertambah cepat sehingga panas bisa dihantarkan dengan cepat.

Mengkilap Jika Terkena Pantulan Cahaya dan Setelah Digosok

Logam memiliki permukaan yang halus dan padat sehingga akan terlihat mengkilap ketika terkena cahaya ataupun setelah digosok.

Macam – Macam Jenis Logam

Logam Ferrous

Biasanya logam jenis ini disebut besi atau baja karbon. Biasanya, besi sering digunakan sebagai material dasar dalam dunia teknik. Namun, besi murni masih sangat rapuh jika dipakai untuk pembangunan dan material bahan kerja lainnya. Maka dari itu, besi murni seringkali dicampur dengan berbagai macam unsur yang salah satunya adalah karbon atau zat arang (C). Beberapa macam logam ferrous yaitu besi tempa, besi tuang, baja lunak, baja karbon tinggi, baja karbon campuran dan lainnya.

Logam Non Ferrous

Sedangkan pada logam non ferrous tidak mengandung unsur besi (fe) di dalamnya. Jenis-jenis logam non ferrous yaitu Alumunium (Al), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Timah (Sn).

Macam – Macam Uji Logam

Uji Kekerasan (Hardness Test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur nilai kekerasan pada material logam yang digunakan sebagai bahan dasar ataupun komponen pada proses industri. Dengan mengetahui nilai kekerasan maka bisa dijadikan rujukan untuk menentukan standar kualitas material tersebut. Dalam pengujian ini, alat yang digunakan adalah hardness tester.

Uji Tarik

Pada pengujian ini, ada beberapa parameter yang akan dinilai seperti ketahanan dan regangan. Metode kerjanya sederhana, yaitu menarik material logam hingga batas maksimal yang sudah ditentukan. Untuk pengujian tarik menggunakan alat yang disebut mesin Tensile Strength.

Uji Tekan

Uji tekan dilakukan untuk mengukur daya tahan logam pada saat diberi daya tekan hingga nilai batas maksimal. Hal ini bertujuan untuk mengukur maksimal beban yang mampu diterima ketika memasuki proses produksi.